Oleh: Prof.Dr.Jamal Wiwoho,S.H.,M.Hum.
Rektor Universitas Sebelas Maret
Pembangunan sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa daya saing sumber daya manusia masih tertinggal, berdasarkan global competitiveness pada tahun 2019 world economic forum yang menyatakan bahwa peringkat daya saing Indonesia berada pada tingkat 50 dari 141 negara, masih sedikit di bawah Malaysia, Thailand dan Singapura yang di peringkat pertama. Meskipun hasil laporan The Human Capital Index (HCI) 2020 Update: The Human Capital in the Time of Covid-19 dari Bank Dunia menyatakan bahwa Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia pada 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Tak hanya SDM saja yang masih menyisakan problematika besar, ternyata dampak pandemi covid 19 pada tahun 2020 juga memberikan tekanan yang besar terhadap sektor Ketenagakerjaan Indonesia. Hal itu terlihat pada periode 2 Agustus 2020, terdapat sekurang-kurangnya 29 juta penduduk usia kerja yang terdampak pandemi covid-19 sehingga membuat tingkat angka pengangguran terbuka mencapai 7,07 persen atau sebanyak 9,77 juta orang menganggur.
Kondisi tersebut jelas membuat kekhawatiran banyak pihak, khususnya Pemerintah dan perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan yang diharapkan memiliki taji sebagai penghasil SDM unggul dan utuh di masa depan. Oleh karena itu tidak salah kiranya jika, pemerintah dan perguruan tinggi bahu membahu meletakkan pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi pengarusutamaan strategi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Apalagi pada tahun 2022 ini, Pemerintah sedang bekerja keras melakukan akselerasi pertumbuhan perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, setelah sejak bulan Maret 2020 yang lalu, negara Indonesia mengalami guncangan hebat krisis ekonomi akibat hantaman badai Pandemi Covid 19.
Urgensi pembangunan sumberdaya manusia harus diakui menjadi salah satu indicator keberhasilan dalam memenangkan persaingan global di era disrupsi. Penguatan sumber daya manusia menuju manusia unggul memiliki korelasi yang erat dengan peningkatan produktivitas kerja, dan juga memenangkan persaingan global dalam dunia bisnis, ekonomi, politik dan budaya. Apalagi pada tahun 2035, Indonesia akan menghadapi gelombang bonus demografi, dan pada tahun 2045 mencanangkan sebagai tahun generasi emas. Mengapa demikian?, karena prediksi kita, pada tahun tersebut, negara Indonesia akan dihuni oleh anak-anak muda potensial bertalenta tinggi produk sekarang, yang saat ini sedang disiapkan agar memiliki keunggulan/competitiveness serta kemampuan beradaptasi dan bersaing di era global. Merekalah yang nantinya akan memimpin bangsa ini di tahun 2045 kelak, dan ditangan mereka pulalah masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan. Menariknya, Bonus Demografi yang dialami Indonesia justru tidak dinikmati negara lain, seperti Jepang, China hingga Uni Eropa. Penduduk di tiga negara tersebut rata-rata memiliki usia yang lebih tua ketimbang penduduk Indonesia.
Jika itu tuntutanya, maka perguruan tinggi harus siap dan secepatnya mengambil bagian untuk menghasilkan generasi cerdas yang sanggup menghadapi tantangan masa depanya, yang semakin sulit diprediksi, rumit dan kompleks. Kolaborasi dan sinergitas antara perguruan tinggi, pemerintah dengan industri melalui Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka adalah pilihan yang harus dijalankan dan diimplementasikan secara masif. Revitalisasi Kurikulum dan sistem pembelajaran serta pelatihan dan sertifikasi profesi, khususnya pada jenjang pendidikan vokasi harus secepatnya direalisasikan, untuk memastikan tumbuhnya talenta-talenta muda yang unggul dengan inovasi dan kreatifitasnya.
Terciptanya SDM unggul dan utuh sejatinya bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit untuk diwujudkan oleh Pemerintah dan Perguruan Tinggi, jika seluruh kerja kolektif yang dilakukan mulai sekarang berdasarkan pada kebijakan yang tepat.
Mewujudkan hadirnya generasi emas Indonesia adalah menjadi impian kita bersama. Sehingga perubahan paradigma “Pendidikan” yang sejalan dengan visi besar pembangunan sumberdaya manusia harus menjadi tujuan bersama.
Kehadiran bonus demografi jangan hanya dimaknai sebagai berkah melimpahnya penduduk usia produktif saja, melainkan harus dibarengi dengan kemampuan pengendalian laju pertumbuhan penduduknya. Manfaat bonus demografi bisa didapatkan Indonesia apabila penduduk usia produktif dapat mejaga kualitas kesehatanya serta menguasai skill/keterampilan yang relevan dengan zamanya.
Bonud demograsi ibarat pedang bermata dua, karena bisa menjadi peluang, sekaligus juga berupa tantangan. Jika bonus demografi ini tidak di respon secara tepat, justru dikhawatirkan akan membawa dampak buruk dan menjadi beban negara, karena munculnya kerentanan sosial seperti a.l.: kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Oleh karena itu, mari kita sambut kehadiran talenta- talenta muda potensial di era Indonesia Emas nantinya, dengan menyiapkan SDM unggul dan utuh dengan ciri khasnya, a.l.: a). Memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif dan kreatif; b). Humanis dan berkarakter kuat; c). Memiliki kepedulian dan kepekaan sosial, dan d). Berperadaban unggul.
Dengan pembangunan manusia yang didukung oleh segenap pemangku kepentingan yang ada, sejatinya bangsa Indonesia sedang melangkah menuju Indonesia Unggul, sebagaimana pidato Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR-RI, 16 Agustus 2018. “Membangun manusia Indonesia adalah investasi kita untuk menghadapi masa depan dan melapangkan jalan menuju Indonesia maju. Kita siapkan manusia Indonesia menjadi manusia unggul sejak dalam kandungan sampai tumbuh mandiri, juga meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya”.
Bonus demografi hanya terjadi sekali dalam sejarah peradaban suatu negara, dan jika gagal dalam mencapainya akan menjadi sejarah yang buruk bagi Indonesia. Semoga Perguruan Tinggi mampu menjadi bagian kesuksesan pembangunan Sumberdaya Manusia yang unggul dan utuh di Indonesia.